Sabtu, 09 Juli 2016

Sepasang bayi





Kepedihan & kegembiraan


    Sepasang bayi
   Ada seorang pangeran berdiri di atas teras istananya ,berpidato kepada orang banyak yang dipanggil untuk acara tersebut dan berkata ,”izinkan saya untuk mengucapkan selamat kepadamu sekalian serta kepada negara yang beruntung ini atas kelahiran seorang pangeran baru yang akan meneruskan nama keluarga saya yang mulia ,dan yang akan membuat kamu sekalian pantas berbangga.Ia adalah penerus keturunan yang besar serta mulia,dan padanyalah tergantung masa depan yang cerah dari dunia ini.Bernyanyilah dan bergembiralah !” suara orang banyak ,penuh suka cita dan rasa syukur ,membanjiri langit dengan nyanyian gembira, menyambut tiranni baru yang akan memasang kuk penindasan kepada leher-leher mereka dengan memerintah yang lemah dengan kekuasaan yang lalim,dan mengekploitasi tubuh mereka serta membunuh jiwa mereka.Untuk takdir seperti itu,orang banyak itu bernyanyi serta minum-minum gembira demi kesehatan emir yang baru.
   Disaat yang sama ,lahir pulalah seorang anak yang lain dalam kerajaaan itu .Sementara orang banyak sedang memuliakan yang kuat dan merendahkan diri sendiri dengan memanjatkan pujian bagi seorang calon pemerintah yang tak terbatas kekuasaannya,dan sementara para malaikat surga menangisi kelemahan serta sikap melayani mereka itu ,seorang wanita sakit melamun.Ia tinggal disebuah gubuk kosong dan,terbaring disampingnya adalah bayi yang baru lahir,dibungkus dengan kain lampin yang lusuh,kelaparan setengah mati .Ia seorang istri miskin serta nelangsa yang diterlantarkan olek kemanusiaan ;suaminya telah jatuh di perangkap kematian yang dipasang oleh penindasan sang pangeran,meniinggalkan seorang wanita sendirian ,kepada siapa Allah telah mengutus ,malam itu,teman yang mungil,untuk mencegahnya bekerja dan mempertahankan hidup .Sementara orang banyak bubar dan lingkungan di sana kembali hening,wanita yang nelangsa ini memangku bayinya dan menatap wajahnya dan menangis ,seolah-olah ia ingin membaptis putrannya itu dengan air matanya.

    Lalu dengan suaranya yang lemah karena lapar ia berkata kepada putranya  ,”mengapa engkau meninggalkan dunia ruhani dan datang untuk  berbagi pahitnya kehidupan  dibumi ini dengan ibu ?   Mengapakah engkau meninggalkan para malaikat serta langit yang luas dan datang ke negeri manusia yang menyengsarakan ini,yang penuh dengan penderitaan ,penindasan dan ketidak berperasaan?Ibu tidak mempunyai apa-apa untuk ibu berikan kepadamu selain air mata,apakah engkau sehat minum air mata ketimbang susu?

   Ibu tidak mempunyai pakaian dari sutera untukmu,akankah lengan ibu yang telanjang ,gemetar ,memberimu kehangatan?Hewan –hewan kecil makan rumput dipadang dan pulang dengan aman kekandang mereka;dan burung –burung kecil makan benih dan tidur tenang di antara dahan-dahan pohon.Tetapi engkau,sayangku,tidak memiliki apa-apa selain ibu yang pengasih tetapi melarat “.Lalu ia dekap bayinya itu kedadanya yang kering dan merangkulkan lengannya disekeliling bayinya seolah-olah ingin menyalukan kedua tubuh mereka seperti sebelumnya .Perlahan –lahan ia angkat matanya kelangit dan berseru,Ya Allah!Kasihanilah orang-orang sebangsaku yang malang!” Ketika itulah awan menyingkir dari hadapan bulan,yang sinarnya menembus lewat jeruji jendela rumah miskin itu dan menerangi kedua mayat itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar